Anda sedang membaca sebuah makalah tentang Bahan perekat yang saya buat dari tugas di semester 1 kemarin,Semoga dengan adanya ini dapat membantu anda dalam pencarian info-info mengenai bahan perekat maupun dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan tugas.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Bahan
Perekat merupakan komponen penting dalam konstruksi bangunan, dan berpengaruh
terhadap jalannya suatu pengerjaan kontruksi. Bahan dan materialnyapun
berbeda-beda. Terdapat agregat kasar dengan bahan perekat agregat.
Perekat
digunakan untuk menyatukan bahan/ material-material yang ada dan ditujukan
untuk memperkuat bangunan, sehingga bangunan menjadi lebih kokoh, kuat.
Bahan
perekat memiliki bermacam-macam jenis. Seperti bahan perekat hidrolis yang dicampur
dengan air, bahan perekat kayu seperti lignin, dan bahan perekat mortar dengan
beton.
2. Rumusan Masalah
2.1
Definisi Bahan Perekat
2.2
Jenis Bahan Perekat
.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bahan Perekat
Bahan
perekat hidrolis adalah bahan yang apabila dicampur dengan air maka akan
membentuk pasta kemudian mengeras dan
setelah mengeras tidak larut kembali dalam air.
Ditinjau dari jenisnya, bahan perekat terdapat dua
jenis, yaitu bahan perekat (lem) yang berbasis air; dan bahan perekat (lem)
yang berbasis hardener. Pada pekerjaan laminating atau laminasi, bahan-bahan
perekat di atas bisa diterapkan sangat kondisional sekali. Artinya, bahwa
bahan-bahan perekat tersebut bergantung pada beberapa hal, yaitu bahan/kayu apa
yang akan dilaminasi; di mana akan digunakan; dan seberapa besar kekuatan yang
harus dipikul oleh kayu tersebut
2.2 Jenis-jenis
Bahan Perekat
Jadi bahan perekat hidrolis akan bersifat sebagai perekat apabila berhubungan
dengan air. Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat
2. Kapur padam
3. Puzzolan
4. Semen Portland
Selain itu ada pula bahan perekat
mortar dan beton yang sering digunakan pada permukaan beton maupun plester.
A.
Gips
Gips merupakan jenis
batuan endapan yang terbentuk secara kimiawi dari kapur dan sulfat yang larut
dalam tanah membentuk calsium sulfat (CaSO4). Gips yang dari alam merupakan
senyawa stabil berbentuk CaSO4 2 H2O. Air yang terkandung di
dalam gips itu bukan air bebas tetapi air yang bersatu dengan molekulnya sehingga
sifat dari gips alam adalah stabil. Apabila gips alam dipanasi pada suhu
di atas 100°C, maka sebagian air molekulnya terlepas dan membentuk CaSO4 ½ H2O yang biasa disebut gips
hemihidrat yang mempunyai sifat tidak stabil. Pada pelepasan 11/2 H2O nya menggunakan energi panas tinggi
yang tersimpan di dalam gips hemihydrat tersebut. Gips hemihydrat yang bereaksi
dengan air maka air molekul di dalam gips kembali ke jumlah semula seperti gips
alam. Akibat reaksi ini, panas yang tersimpan dalam gips hemihydrat akan
dikeluarkan dan molekul-molekul gips yang terpisah (karena pembakaran) bersatu
kembali ke bentuk stabil CaSO4 2 H2O. Ini berarti gips
mengeras setelah diberi air dan dapat digunakan sebagai adukan. Batuan gips
(gips alam) yang dipanasi pada suhu di atas 200°C maka air hablur yang terdapat
di dalam batuan gips akan menguap dan gips akan sulit menarik air kembali. Gips
ini mempunyai sifat yang keras dan membatu dan tidak dapat digunakan sebagai
bahan perekat pada adukan. Gips ini disebut dengan gips anhidrat (CaSO4).
Proses Pembuatan Gips Hemihidrat
·
Batuan gips dari alam dipanasi
terlebih dahulu pada suhu ± 60°C – 65°C supaya mudah digiling menjadi tepung
gips.
·
Tepung hasil gilingan kemudian
dipanggang pada teromol berputar dengan suhu tidak boleh lebih dai 170°C.
·
Pemanggangan dilakukan selama 1
jam pada suhu tetap, kemudian diangkat dan disimpan pada tempat kering.
·
Tepung gips hasil pemanggangan
digiling halus dan diayak sehingga kehalusannya lolos pada saringan 170 mesh.
·
Tepung gips yang sudah diayak
disimpan pada tempat yang tertutup rapat.
·
Gips hemihidrat yang digunakan
sebagai adukan akan mengalami pengerasan dalam waktu 5 – 10 menit.
Sifat-Sifat Gips
·
Bila gips alam dipanasi pada suhu di atas 40ºC, maka air
hablurnya mulai menguap.
·
Bila gips alam dipanasi sampai suhu 130ºC - 170ºC, tidak
semua air hablurnya menguap sehingga gips mempunyai sifat cepat dapat menarik
air kembali. Gips ini disebut dengan gips hemihydrat. Gips jenis ini yang
digunakan sebagai bahan perekat hidrolis.
·
Bila gips alam dipanasi di atas 200ºC semua air hablurnya
menguap sehingga gips berubah menjadi gips anhidrida yang tidak dapat menarik
air dari luar (membatu) sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan perekat.
Penggunaan
Gips :
·
Dalam bentuk gips alam, digunakan sebagai bahan baku
pembuatan semen yang berguna untuk memperlambat proses pengerasan semen. Semen
yang tidak dicampur dengan gips alam pengerasan membutuhkan waktu 10 menit.Ditambahkan
gips alam, pengerasan semen menjadi kurang lebih 60 menit.
·
Dalam bentuk gips hemihydrat, di bidang bangunan digunakan
sebagai perekat untuk membuat papan gypsum yang dicampur dengan serat,
contohnya plafond.
B.
Kapur
Zaman dahulu pembuatan
kapur dilakukan dengan cara membakar batu kapur pada tungku-tungku sederhana.
Hasil pembakaran ini kemudian dicampur dengan air dan terbentuklah bahan
perekat.
Pada saat ini, kapur banyak digunakan
dalam bidang pertanian, industri kimia pharmasi, industri baja, industri karet,
industri kertas, industri gula, industri semen, dll.
a. Jenis-jenis Batu Kapur
Sifat-sifat batu kapur
sangat dipengaruhi oleh pengotoran atau tercampurnya unsur-unsur lain. Oleh
karena itu jenis batu kapur dibedakan menurut kemurniaannya, yaitu :
a) Batu kapur kalsium (CaCO3) dengan kemurnian tinggi, bila unsur lain < 5 %
b) Batu kapur Magnesia
(CaCO3MgCO3) bila mengandung 5 –
20 % magnesia magnesium karbonat.
c) Batu kapur dolomite, bila
mengandung magnesium karbonat > 30 % tetapi < 44 %.
d) Batu kapur hidrolis,
bila mengandung > 5 % senyawa lain yang terdiri dari alumina, silica dan
besi.
e) Margel, batu kapur yang tercampur
tanah liat didapat dalam bentuk gumpalan lunak dan mudah terlepas. Batu kapur
jenis ini biasanya digunakan sebagai bahan dasar semen.
f) Marmer dan batu kapur
padat. Batu kapur ini mengandung bermacam-macam senyawa lain yang mengalami
metamorphose sehingga mempunyai warna bermacam-macam, bentuk kristal
berbeda-beda dan keadaannya padat dan keras.
Untuk membedakan batu
kapur dengan batuan lainnya dapat dilakukan dengan cara meneteskan asam
chloride (HCL) pada permukaan batuan tersebut. Asam chlorida akan bereaksi
dengan batu kapur, reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2 HCL → CaCl2 + H2O + CO2 (gas)
b. Pengolahan Batu Kapur
menjadi Kapur
Untuk menghasilkan 1 ton kapur tohor,
secara teoritis diperlukan 1,79 ton batu kapur kalsium atau 1,9 ton batu kapur
magnesium. Tetapi dalam prakteknya diperlukan minimal 2 ton batu kapur untuk
menghasilkan kapur tohor. Hal ini tergantung dari jenis tungku pembakar,
efisiensi tungku, sifat batu kapur dan kecermatan dalam pelaksanaan pembakaran
dalam tungku.
Ø
Mutu dan sifat-sifat
kapur
Mutu
kapur yang dihasilkan suatu industri sangat dipengaruhi oleh : mutu dan
kemurnian batu kapur sebagai bahan baku, kesempurnaan pembakaran dan pemadaman
kapur tohor.
Sifat-sifat
penting yang menentukan mutu kapur adalah :
1)
Prosentase bagian yang aktif dalam kapur, yaitu kadar CaO, SiO, Al2O3 dan MgO.
2)
Kehalusan butiran. Kapur tidak boleh mengandung butiran kasar, yang biasanya
terdiri dari bagian kapur yang belum terbakar sempurna, terbakar lewat atau
belum terpadamkan.
3) Kekekalan bentuk
adukan yang terbuat dari kapur tersebut.
4)
Kekuatan adukan yaitu berupa kuat tekan adukan yang terbuat dari campuran
kapur, pasir dan air.
Mengenai mutu dan sifat kapur untuk banguunan dan pengujiannya
tercantum dalam SII 00244-80.
C.
Puzzolan
Teras atau
pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan mineral
deposit vulkanik.
Teras disebut juga dengan puzolan
karena pertama kali ditemukan oleh bangsa Roma kuno. Pada saat itu bangsa Roma
kuno membuat bangunan menggunakan bahan galian dari permukaan bumi yang
merupakan campuran halus dari debu vulkanik yang terdapat di dekat kota
Puzzuoli. Oleh karena itu bangsa Roma menamakan bahan galian tersebut dengan pozzolan.
beras atau puzolan mengandung unsur silika, besi dan aluminium yang tidak mempunyai
sifat penyemenan, tetapi dalam bentuk serbuk halus dan bila dicampur dengan air
dapat bereaksi dengan kalsiumhidroksida pada suhu ruangan dan membentuk senyawa
yang mempunyai sifat semen, yaitu mengalami proses pengerasan dan setelah keras
tidak larut dalam air.
D.
Semen Portland
o Semen abu-abu (Portland)
Semen
abu atau semen portland adalah
bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu
kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester.
Karakteristik :berwarna abu-abu kebiruan
Asal Bahan :batu kapur
(berkalsium tinggi) diolah dalam tanur
bersuhu dan bertekanan tinggi
Fungsi :Perekat untuk
memplester
Berdasarkan persentase kandungannya,
semen ini terdiri atas lima tipe, yaitu :
Tipe 1, semen
Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan dalam
konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
Tipe 2, semen jenis
umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen yang tahan terhadap sulfat
dan panas hidrasi sedang.
Tipe 3, semen Portland
dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk membangun struktur bangunan yang
menuntut kekuatan tinggi atau cepat mengeras.
Tipe 4, semen
Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini khusus untuk penggunaan
panas hidrasi serendah-rendahnya.
Tipe 5, semen
Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk digunakan pada
bangunan yang terkena sulfat seperti di tanah atau di air yang
tinggi kadar alkalinya.
o
Semen Putih
Semen putih (gray
cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk
pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni.
Lebih murni
dari semen abu
Fungsi
: penyelesaian (pengisi)
Asal
Bahan : kalsit
limestone murni
o
Mixed & Fly
Ash Cement
Fungsi
: campuran beton agar lebih keras
Asal
Bahan : semen abu,
pozzolan buatan (fly ash)
Pasir
Pasir untuk konstruksi dibedakan menjadi 2, yaitu :
o
Pasir Beton
adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 – 5
mm.
Fungsi
: pekerjaan cor-coran struktur (balok, kolom)
o
Pasir Pasang
Berdasarkan tempat
penambangan, maka pasir pasang di bedakan dalam 2 jenis sebagai berikut :
§ Pasir Gunung
Diperoleh dari hasil galian.
Karakteristik : kasar, tidak terlalu keras
Biasanya pasir jenis
ini mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur padam dan air setelah
beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu massa padat dan sukar
dalam air).
§ Pasir Sungai
Diperoleh dari
sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan yang keras dan tajam,
pasir jenis ini butirannya cukup baik sehingga merupakan adukan yang baik untuk
pekerjaan pasangan.
E. Bahan Perekat Kayu
Sebagai
contoh pekerjaan laminasi untuk pembuatan bahan dasar Gitar dari kayu Aghatis
yang akan dieksport ke Eropa/Amerika. Maka hal ini tidak akan berhasil jika
menggunakan bahan perekat (lem) berbasis air. Mengapa demikian? Berdasarkan
teori perekatan bahwa perekatan ternyata memainkan peranan yang penting di
dalam teknologi, mulai dari merekat mainan anak-anak, alat-alat rumah tangga,
mebel, dan konstruksi kayu hingga alat-alat transportasi supersonik.
Pembagian bahan perekat dibagi menjadi beberapa bagian secara utama terdiri
dari bahan perekat alami dan bahan perekat alami. Bahan perekat alami berasal
dari hewani, tumbuhan, dan mineral. Beberapa bahan perekat yang berasal dari
hewani adalah Albumen, Casein, Shellac, Lilin lebah dan Kak (Animal Glue).
Beberapa bahan perekat yang berasal dari tumbuhan adalah Damar Alam, Arabic
Gum, Protein, Starch, Dextrin, dan Karet Alam. Beberapa bahan perekat yang
berasal dari mineral adalah Silicate, Magnesia, Litharge, Bitemen, dan Asphalt.
Bahan
pereket sintetis berasal dari Elastomer, Thermoplastic, dan Thermosetting.
Beberapa bahan perekat yang berasal dari Elastomer adalah Poly Chloropene, Poly
Urethane, Silicon Rubber, Polisoprene, Poly Sulphide, dan Butyl Rubber.
Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermoplastic adalah Ethyl Cellulose,
Poly Vinyl Acetate, Poly Vinyl Aalcohol, Poly Vinyl Chloride, Poly Acrylate,
dan Hotmelt. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermosetting adalah Urea
Formaldehyde, Epoxy Polyamide, dan Phenol Formaldehyde.
A. Animal Glue
Secara
umum jenis lem mini dikenal lem Kak. Bahan ini dibuat dari collagen (suatu
protein kulit binatang, tulang-tulang dan daging penyambung tulang).
Keistimewaan dari bahan ini adalah dapat larut dalam air panas, dan pada waktu
pendinginan terjadi pembekuan seperti agar-agar (jelly), sehingga lam ini dapat
menghasilkan daya rekat pertama yang cukup kuat. Pada pengeringan selanjutnya
terjadilah daya rekat yang kuat. Lem Kak ini terdapat dipasaran dalam bentuk
granulate (butir-butir), potongan-potongan dan lempengan.
B. Casein
Casein
adalah zat protein yang terdapat dalam susu hewan (sapi) sebagai hasil samping
dari perusahaan keju. Larutan casein dalam bentuk pasta banyak digunakan pada
penempelan label kertas ke botol gelas. Keistimewaan dari lem casein ini ialah
hasil penempelannya bersifat tahan terhadap kelembaban dan juga tehan terhadap
air, sehingga jika botol terendam di dalam air kertas tidak akan lepas.
C. Starch dan
Dextrin
Starch
atau kanji adalah hasil dari tumbuhan, contoh yang kita jumpai ialah terbuat
dari tepung tapioka. Bahan ini sudah dikenal sejak dahulu sebagai bahan lem,
ialah dengan cara memasaknya dengan air. Dextrin adalah hasil modifokasi secara
kimia dari kanji. Kedua bahan ini banyak digunakan pada pembuatan
kantong-kantong kertas, kotak-kotak karton, dan lain-lain.
D. Poly Vinyl Acetate
Poly
vinyl acetate atau disingkat PVAc adalah suatu resin (polymer) dari hasil
polimerisasi di mana sebagai bahan monomernya adalah vinyl acetate. Hasil dari
polimerisasi ini berbentuk disperse atau emulsi di dalam air, berwarna putih
dan pasta. Poly vinyl acetate dipakai secara meluas di bidang lem sejak tahun
1940 sebagai pengganti dari lem Kak (animal glue) di industri perkayuan. PVAc
sangat sesuai digunakan pada mesin-mesin pembungkus yang berkecepatan tinggi.
Juga, PVAc digunakan pada mesin-mesin penjilid buku, kantong kertas, pembuatan
sampul, dan lain-lain. Secara kimia poly vinil acetate mempunyai gugus-gugus
atom yang aktif sehingga ia dapat mengikat bahan-bahan lain dengan cara
hydrogen bonding maupun adsorpsi secara kimia.
E. Urea Formaldehide
Kemajuan
yang dicapai dalam hal perekatan perkayuan ialah ditemukannya bahan perekat
sintetis pada tahun pertengahan 1930. Perekat sintatis ini ialah Phenol
Formaldehyde dan Urea Formaldehyde. Disebabkan lebih murah, maka Urea
Formaldehyde lebih banyak dipakai dibanding yang lainnya. Urea Formaldehyde
banyak dipakai pada pembuatan plywood. Pada pemakaiannya kadang-kadang dicampur
dengan tepung terigu untuk menjadikan hasil perekatan fleksibel. Resin dicampur
dengan hardener di dalam air kemudian ditambahkan tepung terigu sebagai pengisi
dan kemudian zat katalis. Adukan ini disebarkan ke permukaan lapisan kayu
dengan rol spreader. Lapisan-lapisan kayu tipis (vinir) yang telah dispread
dengan lem urea ini kemudian disusun lapis tiga (triplek) dan dipres dengan
dipanaskan dengan steam selama 4 sampai 7 menit, dengan temperature atau suhu
dari steam antara 125 derajat hingga 140 derajat Celcius.
BAHAN PEREKAT MORTAR &
BETON
Emolsion Acrylic yang
berfungsi untuk bonding agent pada permukaan beton, plester,
atau permukaan yang porous. Untuk meningkatkan bonding antara beton lama dengan
yang baru diaplikasi. Bahan ini sangat cocok untuk pekerjaan perbaikan.
Keunggulan
-
Daya rekat tinggi terhadap permukaan beton, plester dan blok.
- Mudah dalam aplikasi,
dengan menggunakan kuas atau roller.
- Dapat digunakan untuk
penyambungan dan perbaikan yang menuntut kekuatan
yang tinggi.
Kemasan :
5 Kg
Daya
sebar : 6
m2/kg
BAB III
KESIMPULAN
` Adapun
kesimpulan yang diambil dari makalah ini bahwa bahan perekat dapat terdiri dari
bahan perekat hidrolis, bahan perekat kayu, maupun bahan perekat mortar dan
beton.
Bahan
perekat hidrolis adalah bahan yang apabila dicampur dengan air maka akan
membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah mengeras tidak larut
kembali dalam air.
Perekat
hidolis yang biasa digunakan terdiri dari :
1. Gips hemihidrat
Gips berfungsi dalam proses
pengerasan,memperlambat pengerasan.
2. Kapur
kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian,dan
berbagai bidang industry seperti industri kimia pharmasi, industri baja,
dll.Dalam industry sangat dipengaruhi oleh : mutu dan
kemurnian batu kapur sebagai bahan baku, kesempurnaan pembakaran dan pemadaman
kapur tohor.
3. Puzzolan
Pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal
dari pelapukan mineral deposit vulkanik.
puzolan mengandung unsur yang tidak
mempunyai sifat penyemenan, tetapi dalam bentuk serbuk halus dan bila dicampur
dengan air membentuk senyawa yang mempunyai sifat semen, yaitu mengalami proses
pengerasan dan setelah keras tidak larut dalam air.
4. Semen
Semen merupakan salah satu komponen bahan
perekat, untuk semen portlan sendiri terbagi menjadi 5 tipe yaitu semen
Portland jenis umum,tahan terhadap panas hidrasi
sedang, semen Portland kekuatan awal
tinggi, semen Portland dengan panas
hidrasi rendah,dan
semen portland tahan sulfat.
Ditinjau dari jenisnya,
bahan perekat terdapat dua jenis, yaitu bahan perekat (lem) yang berbasis air;
dan bahan perekat (lem) yang berbasis hardener.
Jenis jenis bahan
perekat pada kayu diantaranya yaitu berasal dari hewani seperti Albumen, Casein, Shellac, Lilin
lebah dan Kak (Animal Glue), dan berasal dari tumbuhan misal Damar Alam, Arabic
Gum, Protein, Starch, Dextrin, dan Karet Alam. Beberapa bahan perekat yang
berasal dari mineral adalah Silicate, Magnesia, Litharge, Bitemen, dan Asphalt.
Selain
diatas adapula bahan perekat mortar dan beton yang sering digunakan pada
permukaan beton dan plester atau untuk permukaan yang poros.Bahan ini digunakan
dalam upaya pengerjaan perbaikan untuk meningkatkan bonding yang lama dengan
yang baru.
Referensi :
http://www.artikelwisata.com/
http://bic.web.id/in/khusus/referensi.html